Tuesday, February 14, 2012

KISAH DUA EKOR KATAK

T.C. Hamlet bertutur mengenai kisah dua ekor katak. Dua katak jatuh kedalam sekaleng eskrim. Sisi-sisi kaleng itu mengkilap dan curam, sedangkan krimnya begitu dalam dan dingin.
“oh.. bagaimana ini ?? “ kata katak yang pertama. “ini takdir, tidak ada pertolongan. Selamat tinggal. Sahabatku! Selamat tinggal dunia yang menyedihkan!!” ungkapnya lagi sambil menangis dan akhirnya tenggelam.
Akan tetapi. Katak kedua yang juga terjatuh kedalam sekaleng eskrim itu langsung mengayuhkan kakinya untuk berenang. Sesaat ia menyeka wajah dan mengeringkan kedua matanya yang peniuh dengan krim.
“Paling tidak aku akan berenang sejenak.” Katanya. “Tidak akan membantu dunia  jika satu katak lagi mati.”
Satu dua jam ia menendang dan berenang, tidak sekalipun dia berhenti untuk mengeluh. Kayuhan kaki si katak kedua ini, akhirnya membuat es krim yang ada di dalam kaleng tersebut lambat laun mulai berubah seperti mentega, katak itupun lalu melompat.
Satu hal yang membedakan dua katak dalam kisah diatas adalah cara pandang mereka terhadap mereka terhadap dunia di sekelilingnya dan bagaimana mereka bersikap terhadap hambtan yang terjadi. Salah satu unsur penting yang kita perlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di sekitar kita atau, baik itu pekerjaan, masalah keluarga tau masalah pribadi adalah bagaimana kita memandang masalh tersebut.
Cara pandang ini sangat dipengaruhi oleh informasi apa yang selama ini, secara terus menerus , masuk kedalam pikiran kita. Jika selama ini informasi yang masuk dalam pikiran kita, baik melalui pembicaraan, bacaan, perenungan atapun tontonan adalah hal-hal yang sifatnya memotivasi diri, maka orang tersebut cenderung untuk mengambil hikmah terhadap permasalahan yang terjadi sehingga membuatnya lebih optimis. Lain halnya jika hal yang masuk kedalam pikiran adalah informasi-informasi yang cenderungkan melemahkan diri, informasi negative tentang orang lain, bacaan yang di dominasi roaman picisan, dan sebagainya. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi dirinya untuk memandang secara optimis terhadap permasalahn yang terjadi. Itulah sebabnya seorang pakar NLP (neuro Linguistic Programming ) dalam hal ini pernah mengemukakan satu perningatan keras : “awasi pikiranmu!!”

Bila telaah lebih dalam, sesungguhnya hanya lewat cara pandang yang positif seseorang dapat menyelesaikan pekerjaanya denag baik atau tidak. Orang yang memilki cara pandang positif pada umunya sangat alergi dengan urusan pamrih atau  imbalan. Baginya, menyelasikan masalah adalah  the way of life bukan how to life . mereka memiliki cara pandang demikian, apapun tugas atau pekerjaan  yang diberikan kepadanya akan di yakini sebagai amanah yang harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Mereka memiliki cara pandang tersendiri terhadap dunia  di sekelilingnya sehingga tidak berharap orang lain perlu  dan harus memandangnya. Bagi mereka, menyelesaikan pekerjaan bukan untuk dilihat orang bukan pula untuk meraih bendera kemenangan atau meraih kedudukan tertentu. Dua orang nara pidana memandang keluar jendela. Napi yang satu menatap langit berbintang sambil tersenyum yang satu lagi memandang jalanan becek yang penuh lumpur. Semua ini sangat ditentukan oleh cara pandang kita sendiri. Stephen Covey berkata, “Ketika kita memandang permasalahan dan beban itu berasal dari diri kita, justru pada saat itu sebenarnya kitalah yang yang sedang bermasalah.”  Pepatah cina mengatakan “ dari pada mengutuki kegelapan, lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan.”
               Jadi, mari kita kembangkan optimisme kiat mulai hari ini untuk memaknakan arti hidup. Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin kesulitan ini dapat di atasi. Melihat yang negative tapi menekankan yang positif. Menghadapi yang terburuk, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alasan untuk menggerutu tetapi memilih untuk tersenyum.. ^^

Salam Luar Biasaa..!!

0 komentar:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates