Friday, January 27, 2012

Nulis Itu Selezat Donat


Judul           : Writing Donuts
Penulis         : Joni L. Effendi
Penerbit      : Yogyakarta : BukuBiru
Tgl terbit    : Desember 2009
Tebal buku   : 262 halaman
Jenis           : Non fiksi

          
            Joni Lis Effendi, lahir di sebuah kenagarian asri ranah minang, 8 Juni 1982. Mulai menulis sejak duduk di bangku SMP dan terus mengasah Kepiawaian menulisnya ketika ia menjadi mahasiswa di Universitas Riau.  Saat ini ia masih aktif di “rumah kepenulisan” Forum Lingkar Pena (FLP) Riau.
          Buku Writing Donuts persembahan penulis Riau Joni Lis Efendi ini mengupas tuntas permasalah menulis, tips dan trik menulis, serta bagaimana upaya menjadi kaya dengan menulis. Dalam bukunya Joni menyebutkan bahwa beberapa tirani kokoh  yang membelenggu para penulis pemula untuk bisa bangkit antara lain; takut ditolak, takut dibilang tulisannya tak layak, pelit usaha, tidak kreatif, tidak percaya diri dan sebagainya, inilah tembok penghalang yang harus diruntuhkan.
          Jika kita hanya ingin menulis sebuah novel atau cerpen yang keren, kita tidak membutuhkan rumus jelimet, teori kusut masai, atau  berkelana bertahun-tahun untuk mendapatkan segudang pengalaman. Sebab semuanya sudah ada dalam pikiran kita. Sesuatu yang teramat dekat. Perkaranya hanya satu, bisa atau tidaknya menuliskan apa yang ada dalam batok kepala menjadi sebuah karya yang memikat. Banyak orang menyimpan obsesi menjadi penulis tersohor (top, beken, nomor wahid se-Indonesia, jika perlu bisa melampaui J.K. Rowling) setelah melihat betapa enak dan mapannya kehidupan penulis yang karyanya booming. Sayangnya mereka hanya melihat kulit luarnya saja. Mereka hanya melihat sisi enaknya menjadi penulis terkenal, tapi malas mengasah kemapuan menulis.
          Novel-novel yang best seller akhir-akhir ini kebanyakan tidak menyuguhkan tema baru, masih saja monoton seputar cinta. Lalu apa kelebihannya sehingga bisa menjadi best seller?? Novel dengan tingkat kreatifitas tinggi tidak akan terjebak dalam alur cinta picisan yang hambar dan itu itu saja. Ada yang segar didalamya, juga kejutan cerita yang tak terduga. Ditambah lagi dengan kuatnya pesan moral yang di pertunjukkan oleh karakter tokoh ceritanya.
          Dalam aktifitas menulis, anggota tubuh yang memungkinkan untuk menngartikan sinyal rangsangan otak adalah tangan. Sebab, menulis sepenuhnya merupakan aktifitas tangan, walaupun tetap ditunjang oleh anggota tubuh yanh lain seperti mata, telinga dan mulut. Maka sewaktu menulis, tanganlah yang paling dekat dengan otak. Tangan penulis terkenal dijamin sangat terlatih. Tangan terlatih yang dimiliki seorang penulis kelas wahid dapat dengan lentur menuliskan apa yang ada dalam kepalanya. Rata rata penulis pemula yang belum terlatih tangannya, sering kebanjiran ide aneh bin ajaib, tapi tidak ada satu kalimat pun yang dapat ditulisnya. Karena memang tangannya belum terlatih untuk menulis. Sesungguhnya dengan menuliskan apa saja ke selembar kertas berarti kita sedang berusaha keras untuk jujur pada diri sendiri. Berangkat dari sini, kita bisa mencermati bahwa menulis itu bukan sekadar membubuhkan huruf-huruf di atas kertas, tapi kita juga sedang berdialog dengan diri sendiri. Lebih jauh lagi, menulis adalah mekanisme puncak dari hasil pemikiran.
          Dalam buku ini, cara paling ampuh untuk melepaskan diri dari belenggu  kegamangan, ketidak –pede-an, dan ketiadaan ide untuk penulis pemula adalah dengan menulis cepat. Dengan menulis cepat, kita dapat memperkecil peluang hilangnya ide-ide yang datang secara tiba tiba. Kebanyakan ide itu memang muncul di tempat- tempat yang tak terduga. Seperti A.A. Navis, penulis Robohnya Surau Kami, sering bertapa dalam toilet untuk mendapatkan ide.
                    Buku Writing Donuts ini sangat cocok untuk penulis pemula, karena didalamnya banyak terdapat trik dan tips menulis karya fiksi yang baik dan juga laku dijual. Kelebihannya, buku ini juga menyertakan alamat Koran, majalah dan penerbit se-Indonesia jika kita ingin mempublikasikan hasil karya kita.
          Kelemahan buku ini, Joni L. Effendi dalam memberikan tips dan trik selalu bertitik tumpu pada novel laskar pelangi dan ayat-ayat cinta. Sehingga menjadi suguhan yang monoton, karena tiap babnya kedua novel itulah yang sering digunakan sebagai dasar dalam pemberian tips dan trik.
          Kesimpulan yang dapat di ambil dalam buku ini adalah semua orang bisa menjadi penulis hebat. Tidak ada yang melarang dan peluangnya pun terbuka lebar. Tergantung pribadi masing-masing. Tapi kita tidak bisa menjadi penulis hebat dalam waktu satu malam.Tetap semuanya butuh latihan, ketekunan,, proses, dan waktu. Jika kita sudah ahli dalam urusan tulis menulis, kita akan merasakan bahwa menulis itu semudah menyantap donat.

0 komentar:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates